Sebuah sekolah - seperti halnya sebuah perusahaan atau lembaga apapun - bisa mengalami kemunduran, stagnan, atau kemajuan. Banyak faktor yang menyebabkan maju mundurnya sebuah sekolah. Tapi dari sekian banyaknya faktor penentu keadaan sebuah sekolah, menurut hemat kami faktor manajemen adalah merupakan faktor yang utama. Maksudnya di sini adalah, baik tidaknya sebuah sekolah, akan berkembang tidaknya sebuah sekolah, sangat ditentukan oleh bagaimana sekolah tersebut dikelola. Jika sebuah sekolah dikelola dengan baik atau sangat baik, sekolah tersebut akan mampu mempertahankan keberadaannya dan bukan hanya itu, ia juga akan mampu mengembangkan diri, baik secara kuantitas juga kualitas. Sebaliknya jika sekolah dikelola dengan buruk atau sangat buruk, alamat sekolah tersebut akan mengalami kemunduran atau paling tidak stagnan (diam di tempat).
Mengenai pengelolaan ini tentu terkait erat dengan kualitas dan kapabilitas manusia-manusia yang terlibat secara langsung dalam proses manajemen. Jika yang memegang posisi-posisi penting di sebuah sekolah adalah orang-orang yang reliable (bisa diandalkan) maka kita tak perlu khawatir dan memang tak ada alasan untuk khawatir sekolah tersebut akan mengalami masalah yang serius.
Bukan hanya kemampuan, komunikasi pun harus terbina dengan baik sehingga semua lini bisa bekerjasama dan kompak. Tanpa kekompakan, mustahil keberhasilan akan dengan mudah diraih, meskipun pengelola terdiri dari orang-orang yang mampu.
Di sinilah peran penting seorang kepala sekolah dalam mewujudkan tata kelola sekolah yang baik. Jika seorang kepala sekolah adalah seorang yang visioner, memiliki kemampuan yang memadai dan mampu mengsinergikan berbagai kekuatan yang ada, ia akan mampu membawa sekolah yang dipimpinnya untuk berkembang dan meraih prestasi yang diharapkan.
Kepala sekolah harus mampu melihat dan mengenali potensi yang ada pada para bawahannya (para guru) dan memanfaatkan berbagai potensi tersebut demi kemajuan sekolah. Ia harusnya berorientasi ke depan. Sebagai contoh, ia harus memilih tenaga yang muda dan belum berpengalaman tetapi berpotensi, dibandingkan memilih yang senior tapi miskin prestasi. Ini mungkin merupakan pilihan yang sulit dan serba salah. Memilih yang senior ada baiknya karena telah kaya pengalaman, walaupun potensinya pas-pasan. Memilih yang muda dan kurang pengalaman akan membutuhkan waktu bagi yang bersangkutan untuk belajar. Keduanya mengandung resiko. Yang pertama resikonya prestasi tak berkembang, paling hanya diam ditempat. Yang kedua butuh waktu untuk berkembang. Lagi pula pilihan yang kedua sering kali menimbulkan resistensi dari para senior. Maklum masyarakat kita masih menjunjung tinggi senioritas - yang lebih tua harus didahulukan. Bagi kepala sekolah yang visioner, menurut kami, pilihan kedua tetap merupakan yang terbaik. Lebih baik tanggung jawab diberikan kepada yang muda yang berpotensi dari pada yang tua tanpa prestasi. Soal pengalaman, itu bisa ditransfer dengan bimbingan yang sudah senior - jika yang senior-senior ini cukup legowo untuk memberikan kesempatan kepada yang muda (sesuatu yang sulit di negeri ini).
Atau jika pun tidak yang muda langsung diberi jabatan (terutama untuk menjaga perasaan para senior), kepala sekolah harus bisa menampung aspirasi yang berkembang. Yang muda-muda biasanya kaya ide-ide segar. Di sinilah fleksibilitas dan keterbukaan seorang kepala sekolah diharapkan. Hendaknya ia tidak hanya mendengarkan secara kaku omongan guru-guru senior, tetapi juga terbuka terhadap masukan generasi muda. Hampir merupakan kebenaran bahwa orang tua cenderung mandek dan ingin mempertahankan status quo, sementara yang muda menginginkan perubahan dan penyegaran. Kepala sekolah harus mampu menyeimbangkan antara mana yang patut dipertahankan dan diperkuat, dan mana yang benar-benar harus diubah dan butuh penyegaran.
Kepala sekolah juga harus menjalin komunikasi secara terus menurus dengan bawahannya. Kepala sekolah harus mendengar secara langsung mengenai apa-apa yang telah dilakukan bawahan dan hambatan apa yang dihadapinya. Ini penting supaya dapat diukur tingkat keberhasilan dan bisa memberi masukan kepada bawahan dalam menghadapi berbagai hambatan yang ada. Selain itu, dengan komunikasi yang terjalin dengan baik, kepala sekolah bisa mensosialisasikan visinya ke depan yaitu hal-hal yang ingin di raih kepala sekolah bagi kemajuan sekolah.
Satu hal yang paling utama yang harus ada pada diri seorang kepala sekolah adalah kemampuan menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri sebagai kepala sekolah. Bagaimana mungkin seorang kepala sekolah menuntut para bawahannya, termasuk para guru, untuk melengkapi ini itu, untuk mengerjakan administrasi ini itu, sementara ia sendiri tidak mengerjakan apapun. Jika para guru saja sudah dibebani pekerjaan lain (selain mengajar) berupa administrasi - apalagi yang namanya kepala sekolah. Sesungguhnya tertib tidaknya administrasi berbagai lini di sebuah sekolah, berawal dari tertibnya kepala sekolah menyelesaikan segala pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dan bukankah berbagai program kerja yang dibuat para pembantu kepala sekolah, dan juga pemegang jabatan lain, mestinya mengacu pada program yang dibuat kepala sekolah? Nah, jika kepala sekolah pekerjaannya hanya luntang-lantung selama berada di sekolah, apa yang dia kerjakan? Jika di meja kepala sekolah tak tampak berkas-berkas apapun yang sedang dikaji dan dipelajari, tidak ada tanda-tanda ia sedang merencanakan sesuatu bagi sekolah - lalu apa yang dia kerjakan? Bagaimana sekolah hendak maju jika kepala sekolahnya saja tak tahu apa yang harus dia kerjakan?
Sekolah jaman sekarang sudah bukan lagi sekolah jaman dulu yang cukup dikelola dengan manajemen tradisional. Sekolah jaman sekarang harus dikelola dengan manajemen modern. Seorang kepala sekolah harus benar-benar seorang manajer dengan kemampuan lebih dari memadai. Seorang kepala sekolah jaman sekarang tak cukup hanya dengan mengandalkan senioritas. Ia justru harus membuktikan dengan kemampuan manajerialnya bahwa ia memang pantas didengar dan dipatuhi bawahan. Jika hanya mengandalkan senioritas, kita yakin yang terjadi hanyalah kemandekan.
Ini berlaku baik bagi sekolah swasta maupun negeri. Untuk sekolah swasta taruhannya adalah reputasi di mata masyarakat. Jika reputasinya baik, akan tetap diminati masyarakat sebagai sekolah yang dijadikan alternatif menyekolahkan anak-anaknya. Jika tak mampu menjaga reputasi, ya ditinggalkan dan bangkrut. Bagi sekolah negeri, tata kelola yang baik sangat menentukan bagi ketercapaian status sekolah yang lebih baik (kita tahu sekolah negeri jarang kekurangan siswa).
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa baik tidak sebuah sekolah sangat ditentukan oleh bagaimana sekolah tersebut dikelola. Dan baik tidaknya pengelolaan sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilan kepala sekolah untuk mewujudkan tata kelola yang baik. Jika kepala sekolah cukup visioner dan memiliki kemampuan manajerial yang cukup, maka cukup aman bahwa sekolah yang dipimpinnya tidak akan terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Jika tidak, ya sebaliknya akan muncul berbagai ketidakpuasan dan jangan-jangan sekolah tersebut akan kolaps. Intinya, kepala sekolahlah sebenarnya yang menjadi kunci keberhasilan sebuah sekolah.
Penulis asli tulisan ini ada pada admin smppgrijatinangor.blogspot.com.
yang lebih baik yang senior dan berprestasi
ReplyDelete