Adalah seorang laki-laki yang merasa hidupnya kurang mujur.
Penghidupannya kurang baik, penghasilan tidak menggembirakan.
Timbullah keinginannya untuk bertemu Sang Nasib.
Hendak ditanyakan kepadanya, sebab apakah gerangan nasibnya,
buruk benar menurut hematnya.
Berangkatlah ia berkelana, mencari Sang Nasib kemana-mana.
Sampailah ia di tengah rimba, dimana ia bertemu srigala.
”Hendak kemanakah engkau kiranya?”, tanya srigala.
”Aku tengah mencari Sang Nasib. Hendak kuminta ia memutarkan roda nasib untukku!”.
”Baiklah jika begitu. Jika kau jumpa dia, tolong tanyakan pula perihal sakit kepalaku yang tak sembuh-sembuh. Tanyakan padanya, apakah gerangan obatnya?!”, kata srigala.
”Baiklah akan kusampaikan pesanmu!”.
Maka kembalilah ia melanjutkan pencariannya.
Di suatu tempat di suatu malam ia berjumpa dengan penjaga malam.
”Hendak kemanakah engkau ini?”, tanya si penjaga malam.
”Aku mencari Sang Nasib. Hendak kuminta ia memutarkan roda nasib untukku”, katanya.
”Baiklah jika begitu. Tolong sampaikan pula pesanku. Pekerjaanku sangat berat, tapi penghasilanku amat sedikit. Tolong tanyakan padanya, bagaimanakah caranya agar aku bisa mengubah nasibku!”, pesan si penjaga malam.
”Baiklah, akan kusampaikan pesanmu!”, kata lelaki itu.
Lelaki itu pun kembali pada perjalanannya.
Sampailah ia di tepi sebuah sungai. Disana ia bertemu dengan seekor ikan besar.
”Hendak kemanakah engkau?”, tanya si ikan.
”Aku tengah mencari Sang Nasib. Aku hendak mengadukan nasibku”, kata lelaki itu.
”Baiklah”, kata si ikan. ”Jika kau temukan dia, tanyakan pula apa sebabnya mulutku tak bisa menutup. Sebagai imbalan, kuseberangkan kamu ke seberang sana”, lanjut si ikan.
”Baiklah, akan aku sampaikan permohonanmu!” tegas lelaki itu. Maka menyeberanglah ia di atas punggung ikan itu.
Sesampainya di seberang, lelaki itu melanjutkan pengembaraannya.
Setelah sekian lama ia berkelana, mencari Sang Nasib kemana-mana, dengan segala peristiwa yang ia jumpai dalam pengembaraannya, maka bertemulah ia dengan Sang Nasib di tempat kediamannya.
diadukannyalah segala apa yang menjadi keluh kesahnya. Yaitu tentang segala ketidakberuntungannya. Ia memohon agar Sang Nasib berkenan memutarkan kembali roda nasib untuknya.
”Baiklah jika itu keinginanmu. Akan aku putarkan roda nasib untukmu. Semoga engkau mendapatkan nasib yang lebih baik kini”, tegas Sang Nasib menunjukkan kemurahan hatinya.
Maka diputarlah roda nasib. Kemudian Sang Nasib bertanya lagi, ”Selama engkau dalam perjalanan ke sini, adakah engkau bertemu yang lainnya?”.
Diceritakannyalah perihal si srigala, si penjaga malam, si ikan, serta permintaan mereka.
”Tentang si ikan, ada dua butir mutiara dimulutnya. Jika kau ambil mutiara itu, si ikan akan bisa menutup mulutnya. Tentang si penjaga malam, suruhlah orang itu menggali lubang di sebelah barat rumahnya. Di sana akan ditemukan dua guci berisi penuh emas. Cukup untuk mengubah nasibnya. Lalu tentang si srigala, dia harus memakan kepala orang terbodoh di negeri ini. Dengan cara itu maka ia akan sembuh dari sakitnya!”, begitulah penjelasan Sang Nasib.
Setelah berterima kasih dan minta diri, maka lelaki itu pun pergi hendak kembali ke negerinya sambil menunggu roda nasib yang telah di putarkan untuknya.
Di tepi sungai ia kembali bertemu ikan besar. Diambilnya dua mutiara dari mulut ikan itu. Maka kini si ikan dapat menutupkan mulutnya.
”Ambillah mutiara itu untukmu. Pastilah mutiara itu mahal harganya!”, kata si ikan.
”Aku tidak memerlukan mutiara ini. Sang Nasib telah memutarkan roda nasib untukku!”, kata lelaki itu. Di lemparkannya dua mutiara itu ke sungai.
Sesampainya di tempat si penjaga malam, disampaikannya pesan Sang Nasib pada orang itu. Dibantunya orang itu menggali lubang di dekat rumahya. Benar saja, di sana diketemukan dua guci penuh emas. Alangkah gembiranya penjaga itu.
”Ambillah satu guci ini untukmu. Pastilah kau akan dapat mengubah nasib dengan emas sebanyak ini!”, kata si penjaga malam.
”Tidak! Aku tak membutuhkan emas ini. Sang Nasib telah memutarkan roda nasib untukku. Cukuplah itu bagiku. Aku hendak menunggu saja nasibku kini!”, kata lelaki itu.
Maka berlalulah lelaki itu meneruskan perjalanan pulang ke kampung halamannya.
Ketika ia kembali bertemu si srigala, maka disampaikanlah pesan Sang Nasib untuk si Srigala.
”Engkau, katanya, harus memakan kepala orang terbodoh di negeri ini!”, kata si lelaki kepada srigala.
Si srigala termenung sebentar. ”Adakah Sang Nasib katakan ciri-ciri orang itu?”, tanya si srigala.
”Oh, aku lupa menanyakannya!”, jawab si lelaki.
”Adakah engkau berjumpa yang lain selain aku, dalam perjalananmu...?”, tanya si srigala.
Diceritekanlah oleh lelaki itu segala apa yang dialami, yaitu perjumpaannya dengan si penjaga malam dan juga si ikan besar di sebuah sungai.
Selesai ia bercerita, maka melompatlah si srigala ke arah lelaki itu dan menerkamnya.
”Engkaulah yang harus aku makan! Engkaulah orang terbodoh di negeri ini. Kau tolak mutiara pemberian si ikan. Kau tolak pula emas pemberian si penjaga malam. Kau bodoh,... orang terbodoh di negeri ini!”, kata si srigala.
Maka dimakanlah kepala orang itu oleh si srigala, dan sembuhlah sakit kepalanya.
Demikianlah kisah ini berakhir.
Hendaklah kita semua, para pembaca, dapat mengambil pelajaran daripadanya..
Janganlah hendak menunggu nasib saja. Manfaatkan setiap kesempatan selagi ada.
Catatan:
Cerita ini adalah cerita rakyat Turki yang pernah saya baca pada sebuah buku dan saya ceritakan kembali untuk Anda.
No comments:
Post a Comment