Sebuah akademi sekretaris sedang diakreditasi. Kepada asesor yang ditugaskan melakukan penilaian, kepala akademi membanggakan akedemi yang dipimpinnya dan mahasiswi-mahasiswinya.
"Mahasiswi-mahasiswi kami itu luar biasa," katanya. "Mereka mampu mengetik bahkan dengan mata tertutup!"
"Begitukah...?" tanya asesor. "Bisa kita buktikan?"
"Ayo kita buktikan..!" kata kepala akademi.
Maka mereka pun menuju ke salah satu ruang dimana berkumpul para calon sekretaris yang cantik-cantik.
Si asesor bertanya kepada mereka, "Siapa diantara kalian yang dalam seminggu ini pernah bolos kuliah?"
Ada tiga orang mahasiswi yang mengacungkan tangan.
"Saya minta kalian maju ke depan. Saya ingin menguji kepandaian kalian dalam mengetik," kata asesor.
Ketiga calon sekretaris ini maju ke depan. Masing-masing menghadapi sebuah mesin tik. Siap untuk diuji asesor.
"Nama kamu siapa..?" tanya asesor kepada calon sekretaris yang pertama.
"Devi, Pak!"
"Kamu...?" tanya asesor kepada calon sekretaris yang kedua.
"Tina..!" jawab yang kedua.
"Dan kamu...?" tanya asesor kepada calon sekretaris yang ketiga.
"Dahlia, Pak..!" jawab yang ketiga.
"Baik,..Devi, Tina, dan Dahlia...saya minta kalian mengetikkan apa alasan kalian bolos kuliah pada waktu itu. Mata kalian akan ditutup dengan kain karena kata kepala akademi, kalian adalah pengetik yang handal."
Mata ketiga calon sekretaris ini ditutup dengan kain. Mereka siap menunggu aba-aba dari asesor.
"Nah, silakan kalian mulai..! Ketikkan apa alasan kalian bolos kuliah!" seru asesor memberi tanda mulai.
Maka ketiganya pun mulai mengetik. Ketiganya begitu cekatan. Tangan-tangan mereka begitu lincah di atas huruf-huruf mesin tik masing-masing.
Setelah ketiganya selesai mengetik, si asesor mengambil satu demi satu kertas dari mesin tik para calon sekretaris ini.
"Baik,...yang pertama Devi. Devi di sini kamu mengetik: ada kepentingan keluarga. Wah hebat. Ternyata benar kamu mengetiknya hebat."
"Yang kedua,..Tina. Di sini Tina mengetik: tidak punya ongkos. Hebat..! Sempurna! Tidak ada kata yang salah."
Pas giliran kertas ketiga, yang diketik Dahlia, si asesor berkerut keningnya.
"Dahlia, ini kamu mengetik apa...? Kok saya tidak bisa baca...?" kata asesor.
"Ah, yang benar, Pak...?!" kata Dahlia sedikit terkejut.
"Bener...saya tak bisa baca. Memangnya kamu mengetik apa?" tanya asesor.
" Saya mengetik: nenek saya sakit," kata Dahlia.
"Lha, ini apa...? Coba kamu baca sendiri!" kata asesor.
Dahlia mengambil kertas tersebut dan membacanya. Tiba-tiba mukanya berubah merah. Dengan tersipu-sipu malu ia pun berkata, "Aduh..maaf, Pak,....ketuker 'n' sama 'm'...!!"
Maka mereka pun menuju ke salah satu ruang dimana berkumpul para calon sekretaris yang cantik-cantik.
Si asesor bertanya kepada mereka, "Siapa diantara kalian yang dalam seminggu ini pernah bolos kuliah?"
Ada tiga orang mahasiswi yang mengacungkan tangan.
"Saya minta kalian maju ke depan. Saya ingin menguji kepandaian kalian dalam mengetik," kata asesor.
Ketiga calon sekretaris ini maju ke depan. Masing-masing menghadapi sebuah mesin tik. Siap untuk diuji asesor.
"Nama kamu siapa..?" tanya asesor kepada calon sekretaris yang pertama.
"Devi, Pak!"
"Kamu...?" tanya asesor kepada calon sekretaris yang kedua.
"Tina..!" jawab yang kedua.
"Dan kamu...?" tanya asesor kepada calon sekretaris yang ketiga.
"Dahlia, Pak..!" jawab yang ketiga.
"Baik,..Devi, Tina, dan Dahlia...saya minta kalian mengetikkan apa alasan kalian bolos kuliah pada waktu itu. Mata kalian akan ditutup dengan kain karena kata kepala akademi, kalian adalah pengetik yang handal."
Mata ketiga calon sekretaris ini ditutup dengan kain. Mereka siap menunggu aba-aba dari asesor.
"Nah, silakan kalian mulai..! Ketikkan apa alasan kalian bolos kuliah!" seru asesor memberi tanda mulai.
Maka ketiganya pun mulai mengetik. Ketiganya begitu cekatan. Tangan-tangan mereka begitu lincah di atas huruf-huruf mesin tik masing-masing.
Setelah ketiganya selesai mengetik, si asesor mengambil satu demi satu kertas dari mesin tik para calon sekretaris ini.
"Baik,...yang pertama Devi. Devi di sini kamu mengetik: ada kepentingan keluarga. Wah hebat. Ternyata benar kamu mengetiknya hebat."
"Yang kedua,..Tina. Di sini Tina mengetik: tidak punya ongkos. Hebat..! Sempurna! Tidak ada kata yang salah."
Pas giliran kertas ketiga, yang diketik Dahlia, si asesor berkerut keningnya.
"Dahlia, ini kamu mengetik apa...? Kok saya tidak bisa baca...?" kata asesor.
"Ah, yang benar, Pak...?!" kata Dahlia sedikit terkejut.
"Bener...saya tak bisa baca. Memangnya kamu mengetik apa?" tanya asesor.
" Saya mengetik: nenek saya sakit," kata Dahlia.
"Lha, ini apa...? Coba kamu baca sendiri!" kata asesor.
Dahlia mengambil kertas tersebut dan membacanya. Tiba-tiba mukanya berubah merah. Dengan tersipu-sipu malu ia pun berkata, "Aduh..maaf, Pak,....ketuker 'n' sama 'm'...!!"
No comments:
Post a Comment