Benar juga jika ada pihak yang merasa keberatan dengan rencana perubahan kurikulum yang tengah digodok pemerintah. Mereka mempertanyakan apa alasan pemerintah mengganti kurikulum. Mereka bilang, kasihan guru dan siswa jika kurikulum berubah-ubah terus.
Tentang sulitnya situasi yang dihadapi guru karena berbagai perubahan yang tak ada henti-hentinya, saya sangat setuju. Selama ini guru terus dipermainkan berbagai kebijakan yang rasa-rasanya tak jelas arah serta tujuannya. Perubahan-perubahan tersebut sangat menjengkelkan. Yang satu belum dipahami betul, sudah datang kebijakan lain yang membingungkan. Contoh sederhana adalah dalam pembuatan silabus dan RPP. Rasa-rasanya tiap tahun selalu datang ketentuan harus membuat silabus dan RPP yang begini atau begitu.
Kebijakan-kebijakan semacam itu dibuat orang-orang yang merasa pintar dan merasa pantas mempermainkan para guru. Mereka tak tahu kesulitan yang dihadapi guru di lapangan. Mereka hanya tahu apa yang dalam khayalannya bagus, tanpa menyadari bahwa ide-ide konyol mereka membuat dunia pendidikan berantakan.
Tugas guru adalah mendidik dan mengajar. Mereka butuh waktu banyak untuk berinteraksi secara intens dengan anak didiknya, baik di atau di luar kelas. Jika guru disibukkan dengan tugas administrasi yang rumit dan dicari-cari, kapan ia akan merasa tenang menjalankan tugasnya?! Itulah sebabnya, alangkah baiknya orang-orang bodoh tidak merecoki pekerjaan para guru!
Dulu sempat muncul ungkapan 'ganti menteri ganti kebijakan'. Kelihatannya ungkapan tersebut masih berlaku hingga sekarang. Menyikapi situasi seperti ini, banyak yang bilang sistem pendidikan kita tak punya misi dan visi yang jelas. Dunia pendidikan kita tak punya arah dan tujuan yang jelas. Itulah sebabnya selalu berubah-udah.
Entahlah. Jika boleh mengatakan pendapat pribadi, rasanya sistem pendidikan jaman dulu masih lebih bagus dari sistem pendidikan yang sekarang. Sistem pendidikan peninggalan Belanda jauh lebih bagus daripada produk pemikiran anak negeri jaman sekarang. Sebagai bukti, guru-guru jaman dulu punya kemampuan mumpuni. Itu karena mereka dididik dengan sistem pendidikan yang bagus. Padahal sistem pendidikan jaman dulu jauh lebih sederhana dari yang sekarang.
Kembali lagi ke soal perubahan kurikulum yang tengah digodok, diakui bahwa saya sempat sangat antusias. Penyebabnya adalah, saya merasa heran bahkan takjub ketika mengetahui jumlah mata pelajaran SMA sampai 16 Mapel. Bahkan jika ditambah Mulok bisa sampai 18 Mapel. Itu gila! Sungguh gila!
Saya juga punya anak yang ketika itu sekolah di sekolah dasar (SD). Suatu ketika ia ada PR Pendidikan Agama dan bertanya pada saya apa jawabannya. Saya merasa sangat heran, masa anak sd kelas 1 saja sudah disuguhi pertanyaan yang lebih pantas diajukan pada anak SMA! Pertanyaan tersebut ada di dalam buku Pendidikan Agama kelas 1 SD. Saya berpikir, hanya orang gila yang membuat materi pelajaran seperti itu untuk anak SD kelas 1. Atau mungkin karena mereka kelewat pinter?!
Itulah alasan mengapa saya setuju dan antusias pada perubahan kurikulum yang sekarang. Kurikulum yang sekarang tidak masuk akal. Kurikulum yang sekarang ngawur, tak jelas arah dan tujuan. Kurikulum harus disederhanakan agar mudah dicerna dan dipahami. Guru harus bisa melihat dengan jelas apa sebenarnya tugas mereka. Anak didik pun bisa melihat dengan jelas bahwa ia bisa mempelajari apa yang harus dipelajari dan mereka melihat manfaatnya bagi diri mereka masing-masing. Itu hanya akan terjadi jika perubahan kurikulum yang sekarang memang bersifat substantif dan bukan hanya sekedar perubahan parsial. Jika yang terjadi adalah yang terakhir, maka perubahan kurikulum hanya 'ganti menteri ganti kebijakan'. Dan itu hanya kekonyolan selanjutnya dari sekian banyak kekonyolan yang harus kita telan.
Mari kita berdoa, "Ya Allah selamatkanlah negeri ini dari bencana-bencana selanjutnya! Berilah kami para penentu kebijakan yang cerdas hati cerdas pikiran!" Amin.(dm)
Copy paste (copas) silakan, tapi dimohon cantumkan sumber asli tulisan.
Penulis asli tulisan ini ada pada admin smppgrijatinangor.blogspot.com.
No comments:
Post a Comment